Testimoni Bayi Pasuruan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Berawal dari kondisi istri hypertensi mencapai 190/120 pada usia kehamilan 32 Minggu maka harus dilahirkanlah putri kami dengan kondisi premature BBLR 1700 gram, dan harus dirawat di NICU selama 5 hari karena membutuhkan alat bantu pernafasan, fototerapi maupun inkubator.

Bb Awal 1690 Gram

Setelah diperbolehkan pulang oleh dokter, kondisi putri kami BB nya turun menjadi 1610 gram dan bilirubinnya sudah dalam angka normal, Perawat NICU memberikan saran untuk meminjam inkubator selama proses menaikkan berat badan dirumah. Kemudian beliaunya memberikan kontak person seorang relawan inkubator, namun setelah kami hubungi ternyata inkubatornya sedang dipinjam juga oleh yg membutuhkan.

Agen Relawan Inkubator
Dengan demikian kami harus segera mencari relawan yang lain melalui bantuan google, dan dipertemukanlah kami dengan yayasan bayi premature Indonesia ( Yabapi ) yang responsif dan segera memberikan kami solusi dan berita baik akan adanya relawan anggota Yabapi didaerah sekitar rumah tinggal kami, beliaunya adalah ibu humiati dari PC NU Pasuruan yang meminjamkan kami inkubator.
Selama menggunakan inkubator perkembangan putri kami Alhamdulillah semakin membaik, berat badannya naik sekitar 40-50 gram/hari.

Berat Bayi 2792 Gram
Berkat Rahmat Allah SWT Alhamdulillah putri kami saat ini berat badannya sudah 2792 gram. Kami ucapkan terima kasih sebesarnya untuk saudara,kerabat, teman2 dan juga untuk Yabapi, PC NU, ibu Fitri, ibu humiati dan ibu Nisa selaku relawan yang telah bersedia meminjamkan inkubatornya. Kami bersyukur telah dipertemukan orang-orang baik yg telah membantu putri kami, inshaAllah akan diberikan kesehatan dan kebahagiaan bersama keluarga oleh Allah SWT, aminnn yarobbalalamin.

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh

Data bayi

1) Nama bayi Gendhis Larasati
2) Lahir 30 November 2023
3) Bb Pb 1615 gram, 45 cm
4) Gang mawar dusun klangkung kelurahan Nogosari, kecamatan Pandaan, kabupaten Pasuruan 67156
5) Ibu bayi Nurhasanah, 081357ZXC924, 32 th, email tak ada
6) Ayah bayi Ardita ricky ardiansah, 085648BNM353, 41 th, rickyardian@gmail.com
7) lahir di RS Asih Abiyakta, jalan raya Surabaya – Malang km 42.88 kepulungan – Gempol, Pasuruan
8) bayi baru pulang 6 Desember 2023 pukul 13:00 WIB

Tingkatan Relawan

Dari acara Hitam-Putih Deddy Corbuzier minggu lalu di stasiun TV Trans-7, masuklah banyak SMS ke center gateway kami. Diantara mereka yang mengirim SMS itu, banyak juga yang mau membantu sebagai relawan peminjaman inkubator untuk daerahnya. Setelah sekali dua kali komunikasi dengan kami, akhirnya batallah keinginannya untuk menjadi relawan… Mengapa demikian ?

Sebelum menjawab pertanyaan diatas, perlu kiranya saya menjelaskan tentang tingkatan-tingkatan relawan itu menurut versi kami.

Relawan level PENONTON

Kita umpamakan aktivitas ini adalah sebuah pertandingan sepak bola, karena sekarang lagi musimnya World-Cup 2014 di Brazil. Relawan jenis penonton ini, beli karcis pertandingan lalu nonton bola, katakanlah di GBK. Waktu nonton di tribune kelas 1 lantai bawah, kadang teriak-teriak maki-maki penyerang kesebalasan favoritnya yang salah tembak gagal masukin. Namun bila kesebalan favorit masukin bola, dia jingkrak-jingkrak saking senangnya. Pulang kerumah, puaslah dia sambil bilang:” Gak percuma gue bayar 50 ribu, favorit gue menang. Dia bisa menang kan karena sumbangan gue tiap kali beli karcis tuh…” Tapi kalau favoritnya kalah dia maki-maki:” Sialan…gue udah bayar 50 ribu masih kalah juga.” Walaupun demikian kalau ada bola di GBK dia tetap setia nonton dengan bayar 50 rb, karena memang hobinya nonton bola. Jadi sambil nyumbang favoritnya sambil dia sendiri senang karena hobinya memang nonton bola.

Relawan level Korlap

Relawan jenis ini, setingkat diatas penpnton biasa diatas. Kalau Persija bertanding di GBK, sebagai JAKMANIA dia aktif ngumpulin teman-temannya utk pergi nonton bareng ke GBK. Bahkan di Twitter dan Fesbukpun dia udah teriak-teriak maki-maki tim lawan sambil ngomporin temannya utk nobar. Dan dia aktif nyari sewaan bus sehingga mereka bisa ramai-ramai datang ke GBK naik diatas bus sambil bawa bendera, walaupun didalam bus itu kosong.

Relawan level Pengurus

Ini level yang lebih tinggi. Karena rasa tanggung jawab terhadap tim favorit… Maka beliaupun sebagai seorang profesional yang sudah lebih mengerti manajemen, berusaha membaktikan diri untuk tim kesayangannya dengan menjadi pengurus. Karena untuk jadi pemain sudah tidak mungkin karena usia, namun tetap ingin berperan dan berpartisipasi aktif untuk tim kesayangannya. Sekian tahun kemudian karena memang jelas kontribusinya naiklah beliau menjadi Kepala Bidang Pencarian Dana. Mereka yang sudah berumur terus menjadi penasehat dan aktif bikin koneksi networking dengan bekas-bekas pejabat. Sehingga organisasi bisa maju.

Relawan level Pemain (PLAYER)

Dia yang berperan dilapangan. Aktif bergerak sana sini, kalau tim kalah ikut kena makian penonton. Salah tendang dikit bisa abis dicemooh oleh tabloid Olah-Raga. Tapi kalo menang, ikut disanjung sana-sini. Kalo masih muda, cewe-cewe bahkan artis pada mengerubunginya. Serasa dunia ini benar-benar miliknya. Relawan ini serius berlatih, mengkaji teoritis dan praktis, berlatih tak kenal lelah. Maju mundurnya tim tergantung dirinya. Pro-aktif mengejar bola, sekalipun tanpa bola atau bolanya tidak ada. Karena gerak tipunya dibutuhkan untuk mengecoh lawan.

Relawan level Kapten Bermain (Playing Captain)

Dialah manusia yang bertanggung jawab terhadap tim. Ikut bermain aktif dan pro-aktif. Memberikan umpan yang manis pada si goal-getter, tidak haus pujian, mengatur strategi sesaat itu di lapangan. Dia harus jeli dan pintar (IQ tinggi). Gerakannya maju mundur depan belakang. Bila diserang lawan dia juga jadi benteng yang tangguh, bahkan berjibaku sampai titik darah terakhir untuk timnya. Untuk timnya dia mau mengorbankan dirinya, waktunya, hartanya bahkan keluarganya (rela tidak pergi berlibur dengan anak-anak karena harus bertanding).

-0-

Jadi apa yang saya katakan kami masih membutuhkan relawan untuk sebuah kota besar agar aktivitas Peminjaman Gratis Inkubator ini bisa berjalan lancar adalah dari jenis PLAYING-CAPTAIN. Diinginkan mereka yang sudah berumur 40 an keatas. Mengapa ? Karena sudah cukup banyak pengalaman menghadapi hidup ini, secara organisai manajemen sudah cukup tahu dan matang. Dan juga sudah cukup mapan dari segi finansial, kan ini peminjaman gratis sehingga dia sendiri tidak boleh tergiur untuk mengkomersilkan kegiatan ini. Sebab memang sangat mudah tergelincir dan terus-terang saja memang menggoda. Buktinya hampir semua orang mengatakan ” Mengapa tidak di komersilkan saja ? ” Dan memang dianya sendiri harus jadi donatur betulan dan dibuktikan. Karena itu saya minta mereka yang umur 50 tahun harus infaq dulu 2 inkubator (sama dengan 5 juta rupiah). Teman-teman yang seumuran saya 60 th yang menggebu ingin membantu menjadi terhenti bahkan terhenyak, mengira saya akan makan duit itu. Tahukah mereka untuk siapa inkubator itu ? Ya untuk dia sendiri kan katanya mau membantu bayi prematur dikotanya jadi dua inkubator untuk start awal menolong bayi dikotanya sendiri. Masa menolong orang dari kotanya sendiri tidak mau ? Bila tak setuju  Artinya anda levelnya memang belum sampai di Relawan Playing-Captain seperti yang saya ceritakan diatas itu. Kalaupun anda kaya punya rumah milyaran, punya mobil bbrp dengan harga ratusan juta, belum tentu anda punya jiwa yang rela dan ikhlas, seperti Relawan Playing-Captain.

Ada pertanyaan, memangnya orang muda tidak bisa mempunya jiwa yang rela seperti relawan yang dimaksud diatas. Masalahnya anda harus mempunyai pengalaman kehidupan dulu dan itu harus dijalani jadi bukan ujug-ujug, dan tidak bisa dipercepat. Anda harus berkeluarga dulu, punya anak dulu, anak beranjak besar dengan segala persoalannya harus anda hadapi. Badai kehidupan harus anda lewati dulu. Itu sebabnya saya tidak pernah percaya pada ustad yang muda, karena belum membuktikan dirinya tahan terhada experience waktu kehidupan. Ilmu boleh saja dia tinggi, kan hanya baca buku saja, bahkan anak muda sekarang bisa canggih berbekal AlQuran di Ipad, ustad tua jadi kalah. Tapi soal pengalaman hidup darimana dia akan dapat tanpa dijalani sendiri. Buktinya banyak ustad muda yang tegelincir karena godaan duniawi.

Demikianlah sekilas tentang relawan, semoga bisa menjawab pertanyaan beberapa mitra, mengapa mereka ditolak padahal sudah menyatakan diri bersedia menjadi relawan.

Relawan = Pahlawan

Mereka hadir ditengah kesulitan. Menerjang debu panas, mengangkat wanita tua dan anak2, mengangkut pengungsi, membagikan bantuan.

Semua tanpa pamrih, bahkan bertarung nyawa diantara serpihan nyala abu merapi. Banyak juga yang akhirnya jadi korban karena tak sempat menyelamatkan diri ketika Merapi memuntahkan laharnya.

Dihari pahlawan 10 Nopember 2010 ini, marilah kita angkat mereka semua jadi

PAHLAWAN NASIONAL

Tanpa perlu tanda jasa, tanpa perlu sertifikat, tanpa perlu bertengkar dengan memanggil ahli sejarah dan pejabat berwenang, tanpa ukiran nama dalam buku sejarah.

Diakui ataupun tidak, saya akan memberi GELAR pada mereka: PAHLAWAN MERAPI.-

–00–

Anda yang setuju, silakan kasi komen. Yang tidak setuju kasi komen juga. Atau anda mau nambahin gelarnya lagi ? Silakan saja. Mari kita doakan mereka…

Lihat video picture yg diambil dari foto www.boston.com ()

http://www.youtube.com/watch?v=iShStrkIsq0.-

Apa yg dibutuhkan di daerah gempa Sumbar Padang

Bung Andi, ini ada pesan dari rekan Indra Piliang yg ada di lokasi untuk
memberi gambaran kondisi dan kebutuhan lapangan :

Terus terang, ini soal sulit. Tim kecil sy baru sempat melihat, blm bisa mencatat.
Setiap org punya catatan, tetapi catatan mana yg benar, sy blm yakin.

1. Dari Haji Lambau, kawan sy, pengusaha ternak: dia mengatakan beras habis. Dia
usahakan membeli beras ke Solok, pakai truknya. Blm ada kabar. Masyarakat
membutuhkan beras, krn hampir seluruh pasar hancur. Kalau barang2 kelontong masih
mudah ditemukan, dijual di toko2 yg rusak ringan. Selain beras, tentu semua yg
terkait beras dan dapur. Biar makanan tersaji agak lengkap. Kalau tukang masak, tdk
perlu khawatir, krn semua ibu di Minang bisa memasak. Kompor juga masih bisa
dipakai. Mungkin nanti minyak tanah atau gas yg langka. Makan, makan, dan makan, itu
yg diperlukan dlm bbrp hari ini.

2. Dokter dan obat2an. Nah, ini susah2 sulit. Knp? Tdk semua tempat ada yg luka atau
meninggal. Seorg ibu bercerita ke sy bhw ada neneknya yg butuh bantuan dokter, krn
neneknya tdk mungkin dibawa ke kawasan yg ada puskesmasnya. Tinggal di bukit. Ada
juga korban patah tulang pergi ke tempat2 pengobatan tradisional. Jadi, kalau ada
dokter dan obat: HARUS JELI MENCARI KORBAN. Tdk byk yg benar2 punya informasi spt
ini, kecuali kalau tenda kuning sudah berdiri: korbannya meninggal.

3. Relawan. Sy bukan anti relawan. Sampai skrg, ada satu tim relawan yg tlp sy, mrk
ada di balaikota. Bukan apa2: sy khawatir mrk tdk bisa berbuat apa2. Scr psikologis,
mrk tentu butuh penyesuaian diri. Korban gempa beda dgn tsunami Aceh. Di Aceh, byk
mayat harus diangkat. Di Sumbar, puing2pun tdk bisa diangkat pakai tangan, juga
batu2 besar, pohon kelapa, apalagi utk mengalirkan air sungai yg terbendung longsor.
Jadi, lupakan pengalaman Aceh, krn sy juga dulu kesana. Bayangkan saja kondisi ini:
yg luka sedikit, di areal diluar Padang, semua org bisa bekerja, tetapi tdk tahu
mengerjakan apa. Bagi sy, relawan yg dibutuhkan adalah yg bisa mengorganisasi massa,
menyusun rencana dlm hari2 ke dpn, membuat coretan2 di posko2 mrk, memberikan
kemungkinan2 tugas yg harus dilakukan. Organisatoris lbh tepat dibutuhkan, ketimbang
relawan yg ikhlas bekerja dgn tangan. Kalaupun ada tim relawan, usahakan memberikan
contoh kpd masyarakat yg masih kebingungan: apa rumah harus dirobohkan? Knp
dirobohkan? Apa yg pertama perlu dibangun dulu.

4. Insiyur teknik sipil dan arsitek diperlukan. Ya, alumni sekolah2 teknis. Ini
kebutuhan terbesar dlm minggu2 dpn. Menyusun kerangka bangunan, memprediksikan
kebutuhan bahan, mulai membangun. Kebutuhan peralatan pertukangan, semen, paku,
dllnya, ke depan akan semakin meningkat. Juga alat2 penghancur rmh2 yg rusak berat,
tapi masih berdiri tdk bisa dihuni. Dulu sy bercita2 menjadi insinyur, kini sy
bermimpi byk insiyur yg turun ke lapangan dgn seluruh kegagahan dan peralatan
lapangannya.

5. Tenda. Ini kebutuhan besar, sebelum pondok2 derita berdiri. Pergilah ke
pedalaman, usahakan jalan kaki dulu, siap2 dgn sepatu bot dan tongkat, lewati tanah2
berlumpur dan kayu2 malang melintang. Byk jalan2 kabupaten dan kecamatan yg
tertimbun: oleh rumah yg diseret arus longsor, oleh pohon2 tumbang, oleh batu2
besar. Jangkau rumah2 penduduk yg biasanya berkelompok2, rumah2 kaum, saling
berjauhan. Kmrn, ada helikopter Australia yg keliling2, lalu singgah di area yg
sulit dijangkau, tapi parah. Sy yakin, mrk adalah pers asing, krn data mrk di
pemberitaan luar negeri terbaca lbh akurat, daripada berita lokal. Jmlh korban yg
mrk tulis lbh besar dari yg dlm negeri, terutama bagi wartawan yg mungkin masih
menulis PERNYATAAN, bukan KENYATAAN.

6. Kondisi jalanan sudah mulai penuh kendaraan. Akibatnya, mungkin, adalah kehausan
akan BBM. Akibatnya, mungkin, adalah kendaraan org2 yg benar2 bekerja utk
kemanusiaan, akan harus antri berjam2 bersama dgn kendaraan org2 yg ingin wisata
bencana. Sy kira harus ada pom bensin khusus utk para petugas lapangan ini yg berbeda dgn pom bensin umum yg macet berjam2 itu. Kendaraan dari JKT dan Bandung
sudah masuk, hari ini kendaraan dari Semarang dan Surabaya mungkin juga masuk. Lubuk Buaya, pagi ini, pukul 8.30. Rombongan JK sudah menuju Pariaman. Sy memutuskan utk
istirahat saja, menunggu kalau ada logistik yg bisa diambil nanti dari Hercules, daripada harus hadapi penjagaan ekstra ketat yg biasa dilakukan petugas2 penting lapangan: " kami mengawal wapres", kata mrk, sambil cekikikan di tlp, spt
yg sy saksikan sering sekali dlm setahun ini