Teknologi Kesehatan Aplikatif Futuristik


Oleh:  Agus Purwadianto

Teknologi kesehatan di masa depan akan senantiasa tertantang oleh pelbagai daya imajinasi para ilmuwan untuk mempermudah kehidupan dan kualitas hidup manusia. Manusia masa depan akan mampu memperpanjang usia kehidupannya dengan memerangi semua penyebab kematian yang mungkin seperti  ditunjukkan oleh teknologi sel punca (regenerative medicine). Dengan demikian diramalkan cara kematian itu sendiri akan menjadi pilihan yang juga membahagiakan sebagaimana pilihan untuk hidup. Teknologi kesehatan akan menembus batas-batas universal sekaligus personal dengan pelbagai modalitasnya. Kinipun tanda-tanda kearah itu sudah dikenali, dengan mulai populernya istilah personalized medicine. Technology sebagai the art of utilizing scientific knowledge yang dalam konteks kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau metode yang ditujukan untuk membantu menegakkan diagnosa, pencegahan, dan penanganan permasalahan kesehatan manusia. (Pasal 1 Angka 10 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan), sedangkan batasan sehat itu sendiri akan berkembang dengan pelbagai terma baru seperti kesejahteraan, kebugaran, keindahan, kebahagiaan, keluhuran manusia dll yang kini sudah diusung oleh High Leader Statement of Post MDG’s 2015 on Sustainable development. Hal-hal seperti deep brain stimulation untuk upaya menciptakan manusia baru yang serba kuat dan hebat (eugenica), teknologi telepati dll diramalkan tak akan lama menjadi kenyataan. Teknologi menjanjikan suatu feasibility.

Namun demikian, dalam pelayanan kesehatan, yang dikenal sebagai berciri “supply induced demand” karena peran professional yang menjadi faktor penentu dari mutu dan jenis serta kemudahan pelayanan, akan memiliki dimensi kutub necessity. Kalangan ilmuwan sendiri akan menjadi factor pengharmonis dari keseimbangan Antara gaya feasibility versus necessity dalam pelayanan kesehatan. Struktur keilmuan dalam teknologi yang terdiri dari ilmu dasar dan ilmu terapan, akan mewarnai roh pelayanan kesehatan. Perubahan revolusioner maupun evolusioner dalam dunia kesehatan ini juga akan mempengaruhi pilihan modalitas untuk sehat.

Dalam konteks Indonesia yang masih mengalami disparitas geografis, dan sosial ekonomi dimensi lompatan teknologi yang merupakan peluang untuk kita rebut di masa depan akan menjadi salah satu kunci sukses untuk pembangunan kesehatan berkelanjutan. Kecanggihan teknologi dalam konteks Indonesia harus senantiasa dihadapkan pada pilihan aplikasinya yang beragam. Dalam konteks fasyankes di daerah terpencil, semestinya berhak juga disentuh oleh komponen teknologi terbaru. Namun bagaimana konsep aplikasi tersebut ditengah persaingan global yang menghendaki tunggalnya standar, yang tanpa disadari justru menerapkan standar tertinggi karena teknologi kesehatan menghendaki akurasi dan keselamatan pasien.

Dapatkah antara kecanggihan dengan aplikasinya ini diselaraskan dalam suatu ragam pilihan dan pengembangan teknologi kesehatan di Negara kita? Karenanya peran insinyur dan ahli teknik lainnya yang menjadi mitra tenaga medis subspesialis dan spesialis di fasyankes tipe manapun, akan sangat menentukan. Apalagi momentumnya telah tiba, yakni bahwa HTA akan menjadi salah satu pedoman dalam penentuan metode, obat, alkes, PKRT yang akan dijamin dalam SJSN, yang kini dalam bentuk JKN. Akankah JKN yang akan menampung sekitar 120 juta penduduk ini menjadi kekuatan pembangkit industri kesehatan nasional dan menjadi salah satu pilihan dari prioritas pengembangan industri oleh tokoh-tokoh engeineering sekaliber Prof. Habibie ?

Peluang bisnis industri kesehatan seperti di atas akan mendorong perkembangan professional dibidang teknologi kesehatan. Pertemuan Forkom SAM “Merajut Pendayagunaan Profesional Di Bidang Teknologi Kesehatan Menyongsong Era Industri Alat Kesehatan Di Indonesia” yang telah diadakan pada tanggal 20-22 Oktober 2013, yang bertema kemandirian alkes dan telah mengidentifikasi pentingnya keterlibatan aktif professional seperti insinyur biomedik/kesehatan, fisikawan medik dan ahli teknik lain-lain memerlukan tindak lanjut suatu pematangan langkah bersama. Bingkai masa depan sekaligus aplikatif bagi pemerataan pelayanan sebagaimana yang diusung JKN .

(Dr dr Agus Purwadianto MSi, Staf Ahli Menkes, Ahli Forensik, Dr Filsafat, Prof.-)

Leave a Reply (boleh kasi komentar)