Bikin Proposal ?…Gak Deh…


Alkisah pada suatu hari, saya masuk TV…Udah lihat kan ? Kalau belum lihat, nah klik DISINI. Tentu bukan hal yang istimewa, sama seperti orang lain yang masuk salah satu sesi di TV, ya… Seneng karena banyak komen sana sini melalui SMS dan email. Kemudian seperti layaknya iklan, dampak positifnya ada. Atau mungkin memang sudah takdirnya begitu… Kita syukuri saja.

Seminggu kemudian atau mungkin juga lebih, saya kurang ingat persisnya. Datanglah telpon dari luar masuk ke HP saya. Dan seperti biasanya semua voice melalui HP tidak saya angkat… Lho kenapa begitu ? Cuz, banyak salesman dari bank (atau yang ngaku2 dari bank) nelpon ke HP, entah siapa yang mbocorin nomor saya itu, jadi sejak dua tiga tahun ini saya anti ngangkat telpon kalo tidak kenal nomornya. Setelah dua kali call, masuklah SMS, dari sebuah Rumah Sakit. Jadi ceritanya sekretaris direktur itu minta saya utk datang menghadap ke Direktur RS di Jakarta Timur. Jadi mereka melihat acara saya di TV yang intinya adalah sebuah kegiatan social yang intinya adalah meminjamkan incubator bayi untuk di rumah secara gratis.

Setelah bersusah-payah membuat janji berkali-kali dengan sekretaris, hal ini disebabkan karena bapak Direktur sangat sibuk, sedangkan saya pengangguran total. Jadilah satu hari saya kunjung ke RS tsb dengan asisten saya Rh, pertama kami setelah menunggu 15 menit, diterima di ruang meeting. Setelah nunggu lagi, lalu masuklah para staf RS tanpa direktur. Mungkin ada 4-5 orang, mereka bilang mohon maaf direktur krn sesuatu dan lain hal tidak dpt menemani. Jadilah kami ngobrol diskusi sekalian presentasi bahkan kuliah di ruang meeting itu. Kelihatan mereka koq gembira mendengarkan paparan saya yang lebih cocok disebut ‘stand-up comedy’ ketimbang penjelasan program peminjaman incubator gratis untuk bayi premature itu. Briefly, pulanglah kami tanpa bisa bertemu dengan bapak Direktur RS.

Dua tiga minggu kemudian, nyambunglah lagi komunikasi dengan mbak Ch sekretaris direktur RS buat bikin janji pertemuan lagi karena pak Dir tetap minat utk bertemu dengan saya. Seperti juga sebelumnya, bolak balik hari ini jam ini…gak jadi. Hari itu jam itu…gak jadi. Hari inu jam inu…gak jadi juga. Akhirnya saya bilang begini “Mbak saya ini pengangguran koq, jadi dari senin s/d jumat selama 24 jam saya kosong nganggur, jam berapa bapak direktur bisa, saya ok.”

Kembali saya berkunjung ke RS tsb, dan kami menunggu lagi di ruang meeting. After 15 minutes, saya ada ide, bgmn bila kami visit ruang bayi dulu daripada nunggu direktur lama. Singkat kata kami diijinkan visit diantar oleh beberapa orang diantaranya kepala perawatan bayi (maaf saya lupa namanya). Beberapa video kami ambil di ruang bayi yang terbagi dua pertama agak kecil ada 4 inkubator terisi bayi dua diantaranya sedang dipasang fototerapi. Satu ruang lagi lebih besar berisi 6 inkubator. Ini bagian infeksi katanya, hanya ada satu bayi disitu. Setelah kami ecek2 ukur sana ukur sini, se-akan2 heboh, dengan beberapa alat yang kami bawa. Kunjungan lanjut ke ruang Talasemia. Di RS ini memang ada ruang khusus untuk penderita talasemia yang mendapat bantuan secara gratis. Di kelola bersama Antara RS, Yayasan Talasemia dan POPTI. Lebih baik lain waktu kita sediakan untuk cerita tentang talasemia ini.

Walhasil setelah kembali ke ruang meeting, tak berapa lama muncullah bapak Direktur. Berpakaian rapih dengan jas, kemudian juga seperti super manager lainnya juga. Sopan dengan meminta maaf membuat kami lama menunggu. Lalu cerita panjang tentang talasemia dengan semua kegiatan social yang mereka laksanakan selama ini. Ganti kemudian saya yang cerita panjang juga tentang kegiatan peminjaman gratis incubator. Jadi memang ada niat mereka untuk bekerjasama untuk peminjaman gratis karena sering ada problem dari keluarga yang tidak mampu, dimana mereka sering kesulitan untuk bisa membayar biaya perawatan bayi di RS yang tentu saja tidak terjangkau bagi golongan menengah kebawah, coba lihat cerita saya maksa pulang bayi prematur.

Setelah sama2 cocok mulailah beliau mengatakan “Untuk bisa dilanjutkan keatas bisakah dibuatkan proposal, sehingga niat ini bisa dibahas oleh pimpinan yayasan”. Tentu saja saya sudah menduga bahwa mereka pasti akan meminta saya untuk membuat proposal. Nah…Ini prinsipnya jawaban saya, prinsipnya lho…Jadi bukan jawaban yang keluar dari mulut saya.

Emangnya yang punya program ini siapa ? Saya dong…

Anda kan mau turut berpartisipasi membantu program social saya, bukan begitu ?

Saya yang akan menilai anda patut membantu saya atau tidak… Begitu kan ?

Lho… Koq jadi saya yang harus bikin proposal ? Anda dong pak Direktur yang harus bikin proposal…

Begitulah ceritanya pola pikir saya… Namun demikian tidak begitu yang keluar dari pernyataan saya pada bapak direktur. Dengan teramat sangat sopan saya katakan. Bapak kan punya infrastruktur anak buah banyak. Banyak sarjananya lagi, mintalah tolong mereka bikin proposal, bahan semua dari saya. Datang saja ke Depok, ambil foto dan dokumen sambil mewawancarai saya untuk jadi proposal. Beliau nampaknya setuju karena langsung meminta pada sekretarisnya untuk mengerjakan proposal tsb.

Gitulah brur… Maksud saya, pandanglah diri anda kemudian tempatkan pada posisi yang tepat. Pertama sejajar dulu dengan orang lain. Lalu tempatkan diatas atau dibawah sesuai dengan posisi yang patut. Jadi jangan seakan akan anda perlu pembiayaan program lantas anda yang minta2. Buntutnya nanti orang lain yang lebih kuasa dan mengendalikan program yang konsep dan ide awalnya dari kita nanti malah dikendalikan orang sehingga melenceng dari tujuan semula.

Guyz, itu namanya anda punya VISI. Bukan hal yang mudah untuk bisa menyadari POSITIONING seperti ini. Tapi mulailah membiasakan diri dengan pola pikir visioner terutama kalau bergaul dengan orang asing (foreigner) utamanya orang bule.

(Raldi A. Koestoer, 171213)

Satu tanggapan

    • Kok Pak Engkos menggunakan kata kasar “Ass”? Hati2 pak, kata ini dalam bahasa Inggris merupakan umpatan tidak sopan. Mungkin bapak ingin menyingkatkan kata salam, namun jadi salah pilih singkatannya. semoga tidak terulang lagi bagi kita semua

Leave a Reply (boleh kasi komentar)