dokter gigi 9 jt MMC


Edaaaannn tambal gigi 9 juta

Abigail Anggita Vela's photo.

Untuk RS bertaraf internasional seperti MMC, bukti pembayaran dokter hanya seperti ini?

Hari ini saya menjadi korban praktek ‘bisnis’ dokter di RS MMC. Berikutkronologisnya:
Saya buat janji dokter gigi umum di MMC karena urgent, tambalan geraham kiri atas belakang copot dan mengakibatkan bolong besar. Saya pilih secara random dokter Ingrid Tandiari karena namanya ada urutan pertama untuk dokter gigi umum, dan saya pilih di MMC karena tinggal nyebrang dari kantor. Saya buat jam 11.30 siang ketika jam makan siang.
Jam 11.35 saya ditelpon ditanya sudah dimana…wahh saya pikir bagus juga nih RS mau nanyain pasien jadi dating atau tidak.
Setelah melakukan pendaftaran dan mengisi form asuransi, saya masuk ruang praktek jam 11.45 dan langsung bertemu dengan dokter Ingrid yang baru saya temui saat itu. Saya dipersilakan duduk dan dokter tanya ada keluhan apa, saya jawab tambalan kiri atas copot. Saya langsung disuru duduk di kursi tindakan. Saya letakan map plastik berisi form asuransi kantor yang diberikan oleh bagian pendaftaran. Dan disinilah semua itu berawal. Yakni ketika ada form asuransi Lippo Insurance.
Setelah duduk di kursi tindakan, dokter mulai melakukan prakteknya diawali dengan scaling (which is saya ngga minta), lalu dokter mulai bor sana sini gigi lainnya yg katanya ada bolong juga (which is saya ngga minta). Setelah 45 menit, selesailah semua dan saya diberikan slip pembayaran warna kuning yang ditulis tangan oleh asisten dokter 1 ( di ruangan ada 2 asisten dokter, 1 muda 1 agak tua). Tulisannya: 2.000.000 + 7.000.000 = 9.000.000
Asisten 1 membawa saya ke loket kasir kusus asuransi. Disitu saya diminta tunggu dan dipanggil petugas. Saya tanya, ini totalnya brp ya? Kasir jawab 9 juta. Sontak saya kaget setengah mati. Uang 9 juta habis dalam waktu kurang dari 1 jam dan hanya untuk sebuah tambalan yang copot dan harus saya perbaiki? Langsung saya minta rinciannya ke petugas kasir khusus loket asuransi. Petugas menjawab “itu bisa ditanyakan langsung ke petugas di ruangan dokternya bu”. Saya minta disambungkan via phone untuk minta penjelasan, dia jawab “harus langsung bu, kita biasanya ngga lewat telepon”. Disinilah keanehan itu makin menjadi-jadi
Saya langsung ketok ruang dokter, dan bicara dengan asisten 1. Asisten 1 mempersilakan saya masuk bicara dengan dokter. Saya sampikan bahwa saya minta rincian atas 9 juta yang ditagihkan, dokter suruh asisten 1 untuk membuat perincian dan bilang “Yasudah didiskon aja jadi 8 juta”. Tambah aneh bukan.. Ini institusi rumah sakit, tapi kok main-main soal harga. Tidak ada standariasi harga atas jasa dokter dan tindakan disini.
Karena tidak puas, saya kembali ke kasir dan minta disambungkan ke penanggung jawab rumah sakit. Saya diarahkan ke ruang humas. Disana saya jelaskan kekecewaan saya kepada MMC dan dokter tersebut.
Dokter tidak konfirmasi dulu ke saya untuk tindakan yang terbilang SANGAT MAHAL tersebut, terlebih tidak konfirmasi harga. Mungkin karena dokter berasumsi saya pakai asuransi, maka semua akan dicover asuransi. Jika itu alasanya, maka saya rasa ini bisa dikategorikan “pengeretan” terhadap asuransi. Walaupun plafon asuransi saya 50 juta, sayapun enggan membayar dokter sebesar 9 juta untuk tindakan yang dilakukan tanpa persetujuan saya, terlebih saat itu kondisinya mulut saya sedang nganga dan tidak bisa bicara.
Untuk rumah sakit dengan standard tinggi seperti MMC, sungguh aneh bahwa tidak ada standar baku atas harga jasa dokter dan tindakan di MMC. Aneh sekali dokter “memberi harga” utk dirinya sendiri dengan tulisan tangan sang asisten, terlebih, harga bisa dicoret coret. Di rumah sakit lain, setau saya total pembayaran itu by system. Dari computer ruang dokter connect ke computer kasir. Bukan dengan tulisan tangan seperti di klinik kecil.
Biaya jasa dokter 2 juta, dan ditulis tangan. Rumah sakit macam apa yang memibarkan dokter menulis sendiri (walau dituliskan oleh asisten) berapa dia mau dihargai. Apakah dokter Ingrid sudah sehebat itu sampai sampai untuk tambal gigi dihargai 2 juta. Dan lagi-lagi MMC tidak memiliki standard baku. Setelah saya complain barulah diganti menjadi 1 juta. Sungguh aneh…Kalau saya tidak complain lantas apa yang terjadi?
Saya jelas-jelas bilang tambalan kiri atas copot. Kenapa dokter malah mengerjakan gigi lain yang katanya bolong kecil kecil dan malah yg urgent dikerjakan belakangan? Saya tidak diberi kesempatan untuk bertanya apa yang dokter lakukan, karena beliau langsung bor sana sini sehingga (katanya) total ada 5 gigi dengan lubang kecil, dan 1 gigi dengan lubang besar (memang ini yang harusnya ditambal). Padahal saya sama sekali tidak merasa ngilu pada 5 gigi yang ditambal itu.

Singkat cerita humas mengklarifikasi ke dokter dan menyampikan permintaan maaf ke saya. Katanya, dokter mengaku lalai karena tidak menanyakan dulu berapa plafon asuransi saya. Lahhh, jadi kalo plafon saya 50 juta, mau dikuras habis gitu??
Akhirnya, dokter bilang, “yasudah kalo gitu kasih 4 juta saja, jadi ibu nombok sejuta dan plafon asuransi ya.” Sambal meminta asisten 1 untuk men-tip-ex harga dan detail gigi. What? Rumah sakit macam apa ini? Sungguh buruk mentalnya.

Pelajaran untuk kita semua:
Kalau ke RS pakai asuransi, bilang sama dokternya “dok,saya memang pake asuransi, tapi tolong harganya jangan digetok”. Krn saya pernah berobat radang tenggorokan di RS lain, biaya dokter hanya 150rb, tapi ada antibiotik yang diberikan yang ternyata harganya 500ribu. Ck ck ck.
Pastikan tindakan yang dibutuhkan. Sesuai dengan UU No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran khususnya pada pasal 52 yang mengatur hak-hak pasien diataranya: mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis, mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis, menolak tindakan medis, dan mendapatkan isi rekaman media.
Bagi saya, ini akan menjadi kali pertama dan terakhir kali ke MMC. Tidak akan lagi. Selama ini saya hanya dengar cerita orang yang saya anggap tidak benar. Ternyata hari ini saya mengalaminya sendiri.
A. Vela
20 April 2015

Leave a Reply (boleh kasi komentar)