Bagian ke 2 dari 7 tulisan bersambung. Judul keseluruhan Sapta Prasasti karena ada 7 tulisan bersambung itu yang merupakan sebuah cerita mengenai PENGAMALAN ILMU. Bila belum membaca bagian pertama silakan klik https://koestoer.wordpress.com/2021/03/24/riset-di-bidang-termal-menjadi-sosio-teknopreneursip/
-0-
Pada periode itu juga kami memimpin proyek Kerjasama FTUI Pertamina 1991-1996. Ketua proyeknya Dr.- Ing Rachmantio dahulu Ketua Jurusan Metalurgi dan pernah
juga jadi Ketua Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia. Namun saya tidak ingat tahun berapa. Saya jadi Wakil Ketua Program yang menjadi seperti Ketua Pelaksana Harian Research Grant Program FTUI-Pertamina.
Karena saya terlibat dari permulaan maka rasanya pantas juga bila saya paparkan betapa alotnya mengurus proyek ini agar bisa gol. Butuh waktu 1,5 tahun bolak balik ke Pertamina, paling tidak seminggu sekali untuk menyampaikan usulan dan menegosiasikan proyek itu. Sampai saya kenal dekat dengan Kepala Divisi Eksplorasi dan Produksi saat itu pak Naim. BTW masa itu Dirut Pertamina (saya lupa ) tapi Direktur EP pak Nayoan dan Direktur Pengolahan pak Sutannasin. Setiap kali kesana saya berdua dengan Ahmad Rizali (Mt 79). Sebenarnya saya kalau sendirian pastilah sudah putus asa untuk mengurus proyek itu tapi kesungguhan dan kegigihan pak Rachmantio yang luarbiasa bikin saya terdorong untuk maju terus sampai proyek gol.
Program Research Grant FTUI-Pertamina, yang memungkinkan dilaksanakannya Kerjasama dengan berbagai negara sehingga banyak perjalanan dilakukan ke berbagai univeritas dan laboratorium di seluruh dunia. Lebih dari 100 an Lab di berbagai negara dikunjungi. Separuh anggaran dibelanjakan untuk peralatan laboratorium dan separuh lagi untuk pengiriman student belajar ke LN. Kerjasama paling banyak dengan TIT Jepang, beberapa negara lain Canada (Univ of Winnipeg), UK (Oxford), US (Carnegie Mellon, IGT), Malaysia (USM), juga jadi tempat belajar para peneliti dari FTUI.
Keunggulan Departemen Teknik Kimia dalam riset saat ini, tidaklah lepas dari adanya Program Research Grant tersebut. Hal ini bisa di konfirmasi dengan tokoh-tokohnya sekarang yang sudah menjadi Guru Besar juga misalnya Prof Widodo, Prof Nasikin, Prof Sutrasno, Prof Kamarza, Prof Misri, Prof Nelson, Prof Machmud, dll.- Juga ada dari Dept Metalurgi dan Material Prof Eddy Siradj, Prof Johny W, Prof Andy Noorsaman, Prof Anne Zufia, Dr Bambang Priyono, dll.-
Bagian 3.1. Proyek TIW Teaching Improvement Workshop (DIKTI)
Tahun 1995-1996 Dikti menyelenggarakan sebuah training berkelanjutan untuk perguruan tinggi Teknik di Indonesia baik Universitas, Institut ataupun Politeknik. Awalnya lebih dari 100 an dosen senior bidang teknik di training beberapa kali dalam setahun oleh Dikti (Direktorat Jendral Pendidikan tinggi, Depdikbud). Bagian akhir dari proyek TOT TIW ini adalah kunjungan ke berbagai negara. Saya kebagian visit beberapa universitas di Amerika dan dibawah ini ada ceritanya.
-0-
Suatu hari tahun 1997, beberapa dosen dari Indonesia (UI, ITB, UGM, Andalas), mendarat di bandara yang tertutup salju tebal Minneapolis. Bisa pergi ke Amrik ini juga dalam rangka proyek TIW diatas. Keesokan harinya bertemulah kami dengan beberapa tokoh yang sudah terkenal seantero dunia sebagai ilmuwan kesohor yang teringat oleh saya langsung 2 nama, pertama GOLDSTEIN dan yang kedua KLEIN, Patankar juga ada disitu. Khususnya kami berkunjung kesana dalam rangka studi banding akreditasi perguruan tinggi Teknik. Goldstein ini salah satu ketua ABET (Accreditation Board of Engineering and Technology) dari negara bagian Minnesota.
Salah satu teman kami sangat bersemangat menanyakan Kerjasama antara Prof GS ini dengan industry, karena terbayang pastilah banyak Kerjasama mengingat orang ini sangat terkenal. Tahu-tahu apa jawaban Prof GS ? ā Saya samasekali tak punya proyek Kerjasama dengan industry.ā Kami semua terhenyak dengan jawaban beliau. Soā¦ Guyzā¦ gak usah takut atau gak usah minder. Mau ada Kerjasama atau tidak dengan pihak manapun penelitian adalah salah satu tugas anda sebagai insan akademis, jadi KERJAIN AJAH !
Nah begitulah kira-kira prinsip hidupnya prof GS, malah dengan begitu banyak buku dan paper karya beliau yang sudah mendunia.
Bagian 4 : Riset dan Pengembangan Inkubator Bayi
Untuk seorang Guru Besar, trayek seperti yang disinggung di abstrak yaitu ānaik naik ke puncak gunung keilmuanā pastilah bukan sebuah hal yang aneh. Presumsi saya yang demikian itu berdasarkan pada apa yang tertulis pada buku sejenis dari rumpun social-Humaniora. Buat beberapa orang mungkin menarik, tapi bagi saya karena toh semua GB akan menulis begitu, jadi pastilah bukan sesuatu yang aneh lagi.
Track-record dibidang ilmu apa-saja sekarang mudah saja dicari dengan Google-search. Jadi kalaulah sekarang banyak doctor (S3) yang istilahnya ādoktor-doktoranā yang Cuma mau dapat gelarnya tapi terhadap ilmunya sebodo-amat, bisa dilihat di-track-nya. Apakah yang bersangkutan memang ilmuwan atau sekedar bergelar doctor tapi ilmunya kosong. Atau banyak juga yang sok canggih (ngomongnya) tapi tidak pernah berbuat apa-apa.
Sehingga suatu saat mulailah terpikirā¦ Koq si Anu (diri sendiri) Cuma main silat dikelas aja sih ? Main pencak atau tepatnya Kembangan pencak di depan anak-anak kecil yang baru belajar pencak. Terang aja mereka terkagum-kagumā¦ Gitu aja sudah bisa dapat gelar professor. Main Kembangan pencak kan Cuma ngelawan angin doang, gak ada lawannya, terang aja jadi kaya jagoan. Jadi gede dan jago Cuma di kandang sendiri aja ā āin breedingā. Buktikan dong bahwa di luar sana anda juga berkiprah, kasarnya jadi ājagoan beneranā karena lawan yang sebenarnya dari seorang ilmuwan peneliti itu adalah persoalan masyarakat sebenarnya.
Mulai percobaan memanaskan atau lebih tepatnya menghangatkan boks kayu, ada juga kardus sebagai pengganti ruang kabin bayi sebagai bagian utama dari sebuah inkubator. Mulai ada mahasiswa mengambil skripsi inkubator sebagai topik. Berbagai percobaan peralatan dilakukan. Tahun 2001 inkubator pertama jadi dibuat oleh Ramadita Budhi, sebuah incubator kayu dengan pemanasnya adalah lampu bohlam. Skripsi sebelumnya tahun 95/96 sdr Muharnif yang intinya pengujian kontroler buatan Korea sebagai salah satu NIC (New Industrial Country, yang mulai membuat peralatan elektronik). Sampai sekarang incubator nomor wahid ini masih ada di sauvegarde untuk pelajaran bagi generasi mendatang. Inkubator kayu mulai terrealisir dan diikutkan pada berbagai pameran. Mulailah terbentuk tim Inkubator FTUI.
Tahun 2003 group mhs Tim Inkubator-FTUI ikut rombongan UI dalam PIMNAS di Solo. Walaupun masuk koran Kompas fotonya Ā¼ halaman, tapi tetap kami tidak juara karena ada kebijakan tertentu dari panitia.
Beberapa mantan murid yang tugasnya terkait dengan incubator tahun 2005-2006 membentuk start-up UKM yang memproduksi incubator. Berjualan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, sungguh tidak mudah. Jaman sekarang aja sudah jaman milenial begini membentuk start-up manufaktur tidaklah mudah. Malah menurut survey saat itu 9 dari 10 UKM mati setelah 1 tahun. Kesuliatan itu terjadi juga pada kami sehingga setelah satu tahun lebih, kami akhirnya memutuskan untuk bubar. Namun kemudian datang satu pihak menawarkan kerjasama merger (tepatnya bukan merger tapi acquisition). Ceritanya perusahaan diambil alih kami jadi minoritas. Ultimate productnya saat itu lumayan besarā¦ Tapi biasalah melayuā¦ Saat awal kompak begitu ada duitā¦ selisih-paham terjadiā¦ Alias pecah kongsi.
Selanjutnya di Departemen Teknik Mesin saya melanjutkan pembuatan incubator ini karena ada Proyek IMHERE ā Indonesia Managing Higher Education Relevance and Efficiency ā tahun 2010, dimana proyek ini dibagi lagi menjadi beberapa subproyek ATI (Advance Technology Implementation). Proyek ini di DTM-FTUI diketuai oleh seorang doctor muda (saat itu) yang perlu saya mention disini yaitu Dr Ir Agus Pamitran. Beliau memimpin proyek ini dengan sangat baik. Subproyek ATI ini maksudnya adalah masing2 Laboratorium mengimplementasikan hasil R and D nya untuk membantu masyarakat. Jadilah 2 inkubator besar dari subproyek ini kemudian kami sumbangkan ke Rumah Sakit.
Ukuran incubator saat itu masih besar yaitu incubator skala Rumah Sakit sehingga biaya modalnya juga cukup besar disamping pengerjaannya yang cukup rumit.
-0-
CSR DTM-FTUI
Melihat judulnya, nampaknya perlu diberi keterangan terlebih dahulu semua abreviasi diatas. CSR Corporate Social Responsibility, DTM Departemen Teknik Mesin, FTUI Fakultas Teknik Universitas Indonesia, IMHERE Indonesia Managing Higher Education Relevance and Efficiency yaitu program Dikti yang dimenangkan oleh DTM dan mulai dijalankan th 2009. Di UI hanya ada 2 Program Studi yang berhasil mendapatkannya yaitu Teknik Mesin dan Fasilkom.
Salah satu, sebut saja subprogramnya adalah ATI Appropriate Technology Implementation. Maksudnya adalah, hasil2 penelitian dari DTM yang sudah bisa masuk ke pasar atau sudah setara dengan produk komersial lainnya didorong dengan memproduksinya dan menyumbangkan langsung hasilnya ke masyarakat agar bisa dimanfaatkan oleh end-user yang memerlukannya.
Walhasil ada 3 produk tahun ini yaitu 1) Inkubator bayi 2) Vaccin Carrier dan 3) Sepeda Lipat. On-going project ini sedang dijalankan dan bila dilihat dalam tayangan video bersama dengan artikel ini terlihat saat Vaccin Carrier dan incubator sedang diserah-terimakan di sebuah puskesmas Jakarta Utara. Sedang dua unit lagi VC dan Inkub diserahkan pada puskesmas Depok dan RSIB Depok. Mungkin perlu dijelaskan sedikit tentang Vaccin Carrier. VC ini sebuah kotak pendingin untuk transportasinya vaccine atau virus atau zat lain yang membutuhkan suhu rendah pada saat dibawa dari satu tempat ke tempat lain. VC yang dibuat disini berbasiskan Termoelektrik dan suhunya bisa mencapai -15 dgC. Walau biasanya 8 dgC saja sdh cukup tapi tentu itu semua bergantung pada keperluan teknis dan biologis dari vaccine itu sendiri, Hal ini tentu lebih pantas dijelaskan oleh dokter atau ahli mikrobiologi. Sedang kami2 ini hanya prekayasa agar suhu rendah itu bisa tercapai. Vaccin itu kalau 1-2 jam berada pada suhu diatas 8 dgC katanya pada mati, akhirnya jadi tak manfaat. VC ini dikembangkan oleh Prof Nandy Putra.
Sedang Inkubator bayi mungkin sudah lebih jelas yaitu cube penghangat bagi bayi yang lahir premature atau bayi berat lahir rendah. Sedangkan Sepeda lipat nampaknya tak perlu diterangkan lagi karena sudah banyak terlihat dijalan. Karya ini dikembangkan oleh Pak Hendri DS Budiono (dosen DTM juga). Esok hari 17 Agustus akan ada upacara di depan bunderan HI penyerahan beberapa unit sepeda lipat Seliqui kepada PSSI Persatuan Sepeda Sekolah Indonesia.
So, dengan kata lain, program ini merupakan program CSR nya DTM, dimana hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen di laboratorium Perguruan Tinggi bisa langsung bermanfaat dan digunakan untuk masyarakat. Dengan cara ini terlihat manfaatnya kerja dosen di Universitas, yang tidak sekedar mengajar saja tapi juga meneliti dan mengembangkan segala sesuatu untuk kepentingan masyarakat banyak.
Delivery ke Puskesmas Pademangan ini dilaksanakan tanggal 16 Agustus 2010 oleh Ridho Irwansyah, Adam Sina dan Dimas Gendut, semua dari tim Alkes di Lab Perpindahan Kalor FTUI. Dokter dan perawat di Puskesmas tentu gembira, bahkan saat itu kebetulan ada bayi baru lahir dari seorang ibu muda yang usianya belum 18 th (begitu kata si pelapor). Bayi tersebut langsung dimasukkan kedalam incubator lihat foto di video bagian akhir dimana incubator itu sudah berisi bayi. Lihat video klip : https://www.youtube.com/watch?v=ibfjqny60KM&feature=emb_logo
Makin hari makin terlihat bentuk kedewasaan institusi kita dengan dijalankannya program ini. Jadi CSR itu tidak saja dilaksanakan oleh perusahaan besar (Corporate) tapi juga oleh institusi pendidikan kita sendiri dan diantaranya adalah Dep Teknik Mesin FTUI. Kita ucapkan selamat kepada DTM-FTUI yang juga telah mendapat resertifikasi ISO beberapa hari yang lalu. Setelah 65 tahun merdeka (esok kan 17 Agustus 2020) ada juga anak bangsa yang berprestasi untuk menolong sesamanya, meningkatkan produk nasional yang amat berguna bagi masyarakat.
Bagian 4.1. INKUBATOR GRATIS
Banyak pengalaman dalam produksi dan pengelolaan incubator gratis ini, dan yang benar bukanlah incubator gratis melainkan āPeminjaman Gratis Inkubator Bayiā, namun rasanya lebih baik bila anda mendengar paparan saya yang berjudul :
- Sosio-teknopreneursip; Inkubator Gratis untuk Seluruh Nusantara ā
Biasanya paparan kami (Tim Inkubator UI, Raldi, Rehan, Arbi, Juan, Yana dan Je) memakan waktu 1,5 jam dan sisanya untuk tanya-jawab perlu 0,5 jam, jadi total waktu yang diperlukan adalah 2 jamā¦ Seru banget deh ceritanya. Kami sudah mengisi acara sebagai Narasumber dari Program Keberangkatan PK di LPDP selama 7 tahun lebih. Lihat dibeberapa videoclip berikut:
LPDP PK-55 tahun 2016:https://www.youtube.com/embed/KYhThF7hldU?version=3&rel=1&showsearch=0&showinfo=1&iv_load_policy=1&fs=1&hl=id&autohide=2&wmode=transparent
LPDP PK-77 Socio-Technopreneurship dg Raldi A. Koestoerhttps://www.youtube.com/embed/B1XJ2SMEN9k?version=3&rel=1&showsearch=0&showinfo=1&iv_load_policy=1&fs=1&hl=id&autohide=2&wmode=transparent
Berikut beberapa cerita dan artikel mengenai peminjaman gratis incubator bayi, lihat cuplikan dibawah ini.
-0-
Menyumbang inkubator untuk Bidan Praktek Swasta
Bogor, 20 Desember 2011
Ass. War. Wab.
ā¦
Bersambung ke bag 3 dari tulisan ini. Dan akan di posting beberapa hari lagi.
Semoga bermanfaat. Salam.-