DTM Mulai Digitalisasi Th 93


Dear Guyz,

Ini nostalgia cerita lama tentang Tugas Akhir (skripsi) di Dep Teknik Mesin FTUI th 1993. Jadi sudah 30 th yl …Duh sudah lama juga ya…

Alkisah bbrp mhs Mesin angkatan 1988 mengambil skripsi sama dosen RAK. Diantaranya yg dikemudian hari jadi dosen adalah Imansyah (Prof Dr Ir Imansyah Ibnu Hakim). Tugas-tugas tsb umumnya terbagi tiga bag besar, pertama ttg Thermal Engineering dan  yg kedua ttg Thermal Measurement yg ketiga ttg Bauran Energi. Nah di bag kedua inilah DIGITALISASI dimulai yaitu berupa pengukuran otomatik dengan sistem akuisisi data. Beberapa board sebelumnya sudah dipesan dari UK (produk Omron dll). Ada juga yg berupa ‘Card’ tambahan untuk ditancap di desktop komputer, utk diketahui pada jaman itu laptop belum ada, USB belum ada, Handphone bonggolnya masih gede banget…

Berikut dibawah ini cuplikan cerita dari salah seorang dari mereka. Devi Endry, yang sekarang sudah punya cucu.

-0-

Th 93 saya diberi tugas “luar biasa”, oleh pembimbing saya DR Ir Raldi A K , belajar DAQ dari DCM16, belajar “mengukur” dengan pressure transducer buatan Omega, Op Amp, sekaligus membuat aplikasi pengukuran, kalibrasi,.dan penyimpanan data, dengan compiler Turbo Basic dari Borland. Bangganya saya ketika presentasi Sidang Tugas Akhir, komputer AT lab Konversi Energi lantai 4 bisa menghidupkan dan mematikan kompressor secara otomatis sesuai perintah di keyboard. Bangga karena materi Tugas Akhir ini kebanyakan pelajaran Elektro dan Coding. 😄.

Ketika saya “menolak” untuk mengerjakan ini, karena merasa bukan “ilmu” saya, Prof Raldi Artono Koestoer bertanya (nyindir sih sebenarnya):

Lu gak punya teman anak Elektro?

Lu gak punya teman orang yang ngerti Programming?

Lu gak bisa baca?

Lu gak bisa belajar?

Kalau dalam 2 minggu lu gak ada kemajuan maka lu out aja, ini cuma perkara lu mau belajar atau tidak !

2 pekan kemudian saya mempresentasikan “kemajuan saya” yaitu tentang Op Amp😄, sebuah IC yang dapat dibeli di glodok seharga Rp.500, tetapi buku manual yang saya beli digramedia cukup tebal.

Begitulah seterusnya setiap 2 pekan saya mempresentasikan komponen elektronika 😄. Setiap bertemu professor Raldi selalu saya dapat motivasi baru.

5 bulan saya memperdalam pengukuran, belajar elektronika digital + programming, 5 bulan saya buat alat (desain trial and error)

1 bulan merapikan laporan, sidang TA tak lebih dari 30 menit. Alhamdulillah dapat nilai A.

Dapat A kala itu adalah sesuatu banget, masih terngiang seorang senior berkata (karena mahalnya nilai A dan B) : mahasiswa itu nilainya cukup C, Dosen B, dan A adalah Tuhan😄.

Saya juga dinasehati senior agar datang langsung kerumah seorang Prof (Almarhum), mengantar buku TA, agar beliau simpati dan kasihan tujuannya tentu saja agar tidak dibantai.

Malang bagi saya, ketika datang kerumah. beliau tidak ada ditempat.😭.

Gagal sudah mengambil simpati.

-0-

Berikut adalah Road-Map INKUBATOR, Super Canggih, Super Murah dan tetap akan DIPINJAMKAN GRATIS kepada bayi prematur dan BBLR di seluruh Nusantara. Update info, sekarang pelayanan Inkubator Gratis sudah ada di 150 kota (walaupun 80% nya masih di Jawa) dan sudah lebih dari 6000 bayi tertolong.

Namanya MIMOS-NOPI

Modern Integrative Monitoring System for Naonates in Portable Incubator

GUYZ…

SELAMAT TAHUN BARU 2024 —

SEMOGA ANDA MAKIN SUKSES …

Satu tanggapan

  1. Luar biasa…jadi teringat karpet hijau di lantai 3 dan paper2 yg digantung seperti di supermarket, menjadi saksi perjalanan para atralis dalam menggapai sarjana teknik.
    Si Devy…ane inget banget dah, saat dia bisa matiin radio pake program di komputer, “Loe sekarang udah jadi insinyur teknik elektro, tapi belum jadi insinyur teknik mesin !”, begitu Prof. Raldi bilang.
    Salam sehat semua kawan2 Atralis, dari si Doel anak betawi yang sudah jadi profesor…hehehehehe…

Leave a Reply (boleh kasi komentar)