KENANGAN ALMARHUM SENO RAHARJO

KENANGAN ALMARHUM SENO RAHARJO
(18 Sept 2006, 2330)

Suatu sore sedikit lepas magrib saya terima dari Felicia dan Nita Dotulong, ini teman SMP dan SMA 3, bunyinya seperti berikut:

Innalillahiwainna ilaihi rojiun,
Telah wafat teman kita SENO RAHARDJO, 12Sep pk.16.30 di
rumah jl. Cipete Raya 14B (dekat Abuba). Brita dari
Bonar/Isa.
-nita-

Satu bulan yang lalu tertanggal di HP saya karena masih ada 17/08/06 saya mengirimkan SMS ke Seno, pesannya k.l. begini: Nasofaringnya gimana ? Kalo pake sarang semut bisa sembuh nggak ? Apa udah nyoba ? Dan jawabannya amat singkat: belum..
Saat itu saya ada niat untuk mengunjunginya, tapi dasar manusia sok sibuk.. Tidak sempat juga saya mampir sampai dengan tibanya sms yang menyedihkan diatas.

Saya datang naik motor ke cipete karena saya memperkirakan bila banyak orang yang datang maka parkiran pasti penuh dan repot. Saya tanya sama orang didepan, saya belum tahu siapa dia tapi sangat mungkin saudaranya Seno, “Rumahnya Seno disini ?”, dia nyahut dengan ramah “Ya betul silakan saja naik keatas belum dipindah koq”. Sambil dia kemudian mengantar saya naik keatas. Waktu melintas di ruang tamu, sudah ada Tienpop dan Felicia, saya terus naik saja keatas. Di kamar atas ada satu orang lagi duduk mengaji. Saya langsung mendekat ke mayat Seno, sekujur tubuh tertutup kain. Saya singkap kain yang menutupi mukanya sampai ke dada… tidak saya teruskan lagi.. karena bagian dadanya sama dengan bagian leher kanannya sudah tertutup dengan kain kasa tebal dengan bentuk tak karuan. Dan baunya.. tak perlu saya gambarkan. Ini bau kanker stadium ke 4, mirip dengan Lilik dulu yang juga kena kanker payudara sampai stadium ke 4. Saya mengambil tempat agak dipojok dekat bagian kakinya untuk membaca surat Yasin, yang sudah selalu saya siapkan kalau datang ke tempat orang yang meninggal dunia, seperti juga 2 minggu sebelumnya waktu saya datang saat wafatnya Indrajid Subarjo.

Lama sekali saya tidak bertemu orang ini sejak masa SMA dulu. Kami saat itu sering ‘nongkrong’ di rumahnya Jl Garut bahkan boleh dibilang tiap hari, karena disitulah tempatnya radio amatir yang kami kelola dengan cara seadanya. Orangnya banyak mengalah, kalau dulu kami rebutan untuk siaran radio, Seno diam saja, tapi ya krn dia yang tinggal disitu jadi kalau tidak ada orang ya dia yang foya-foya siaran sendirian. Saya ingat sedikit sebelum itu lagi, waktu SMP dia tinggal di Jl Irian (betul nggak sih atau jl Riau ya). Kamarnya dipojok belakang sekali tanpa ventilasi udara, tapi disitulah kami habis-habisan ngerokok Jisamsu sampai ruangan pengap sekali berisi asap semua. Maklum anak baru gede baru nyobain rokok.
Reuni SMP 1 di Darmawangsa, mungkin 3 th y.l. baru saya lihat Seno lagi. Bahkan saya tidak mengenalinya karena rambutnya panjang sebahu, disamping banyak bagian yang sudah rada putih. Suatu saat pulang dari rumah Nono, saya bareng pulang sama dia. Disinilah dia cerita tentang dirinya… agak sulit sepotong sini sepotong sana.. kawin cerai and kawin lagi. Anaknya sama yang dulu si ini yang baru itu.. begitu and hobby foto dan sudah profesional banyak order dulu sekarang tidak lagi. Aliran islam tarekat, sambil nunjukin foto dengan jemaahnya yang semua kebanyakan pakai sorban dikepala and banyak yg rambutnya panjang. Saya sungguh kurang mengerti ceritanya dan enggan bertanya karena… in my opinion rada kacau ya.
Pulang dari reuni di kapal kambani Februari 2006, kami berempat satu mobil Eko, Roy Eris, Seno dan saya. Dalam hujan lebat itu, kami cerita-cerita dan hepi semua. Dia saya drop di Cipete itu, saya tanya rumah siapa, kakak katanya. “Kakak gue perempuan yang dulu waktu di jl Garut anaknya masih kecil”. Ya saya ingat rada gemuk kan. Yang aneh saat itu dia tidak kelihatan sama sekali kalau sakit. Mungkin memang belum muncul serangan kankernya.
Muncul sms Nita dibulan Juni, bilang kalo Seno terkapar di RSCM kena kanker. Kebetulan satu siang saya ngajar di Salemba saya sempatkan mampir ke RS. Tampaklah bengkak leher kanannya, kanker nasofaring. Dia bilang dia sendiri nggak tahu awalnya. Mula-mula malah matanya yang nggak enak, dan periksa ke dokter mata, mungkin perlu ganti kacamata katanya. Tapi setelah tidak juga sembuh dan setelah periksa sana sini barulah sadar kalo itu kanker bahkan sudah stadium lanjut karena laju perkembangannya amat pesat dan sudah menyerang kemana-mana. Walaupun bisa bicara, tapi sudah tidak bisa nengok kanan dan matanya sudah nonjol. Saya berpikir..”Dokter mana yang bisa menyembuhkan kanker yang sudah seperti itu, saya tidak tega melihatnya”.

Kita semua juga akan sampai kesana… saya pernah lihat presentasi dokter, kira-kira begini dia bilang – Anda harus pilih salah satu jalan kematian dan pasti anda harus melalui jalan itu tanpa bisa menghindar Jantung, diabet, ginjal, kanker, darah tinggi, lever, paru-paru atau apalagi -.
Maunya sih ini kalo bisa, kita matinya nggak sakit, tidur lalu MENGHILANG.. jalannya juga hanya satu… BERDOA. Itupun bila Allah ijinkan.
********************************************************
Teman2 dokter nih saya punya produk lokal –Infant Incubator-
Bangga dong sama buatan sendiri jangan impor melulu. Lihat
Dulu deh di http://medixe.blogspot.com/
Kalau ada yang mau informasi buku elektronik untuk agroindustri
Please visit http://www.ebookpangan.com/?ref=koestoer
Bisa download gratis malah. Terimakasih ya,
Salam Raldi Artono Koestoer
********************************************************